Minggu, 31 Januari 2010

IPA Dan Model-model Pembelajaran

ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA

1. Pengertian IPA
IPA menurut Carin & Sound (1989) adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Abruscato (1996) dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. The Harper Encyclopedia of Science mendefinsikan sains sebagai suatu pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh bukti- bukti yang dapat diamati. Dari beberapa teori yang diungkapkan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan gejala-gejalanya melalui proses dan menghasilkan suatu produk sains.

2. Pengertia Fakta, Konsep, Prinsip, Hukum, dan Teori.
a. Fakta
Fakta merupakan produk paling dasar dari sains (IPA). Fakta-fakta merupakan dasar dari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Fakta menunjukkan kebenaran dan keadaan sesuatu. Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada atau peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. karena fakta-fakta diperoleh dari hasil observasi, maka fakta-fakta merepresentasikan apa yang dapat dilihat. Seringkali, dua buah kriteria berikut ini digunakan untuk mengidentifikasi sebuah fakta yaitu :
• dapat diamatai secara langsung
• dapat didemonstrasikan kapan saja
Oleh karena itu, fakta-fakta terbuka bagi siapapun yang ingin mengamatinya. Namun, kita harus ingat bahwa dua kriteria di atas tidak selalu berlaku karena ada informasi faktual yang hanya terjadi sekali dalam jangka waktu yang sangat lama, seperti erupsi gunung berapi.
b. Konsep
Fakta-fakta hanyalah merupakan bahan kasar dan harus diolah lagi sehingga membentuk gagasan yang berarti dan hubungan-hubungan antarfakta. Aktivitas berpikir dan menalar diperlukan untuk mengidentifikasi pola dan membuat kaitan antardata, sehingga membentuk pertalian yang disebut dengan konsep.
Konsep adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, banda-benda, atau gejala yang memiliki sifat tertentu atau lambang. Konsep juga merupakan konstruksi mental yang digunakan untuk menginterprestasika hasil observasi ikan, misalnya, memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan reptil dan mamalia. Dikemukakan oleh Collette & Chiappetta, menurut Bruner, Goodnow, dan Austin (1956), sebuah konsep setidaknya memiliki 5 unsur yaitu nama, definisi, lambang, nilai, dan contoh.
Contoh konsep dalam sains antara lain:
• Hewan berdarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungannya.
• Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
• Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen.

c. Prinsip
Prinsip-prinsip dan hukum-hukum merupakan hasil generalisasi dari konsep- konsep. Prinsip dan hukum seringkali digunakan secara bergantian sebagai sinonim. Prinsip atau hukum terdiri dari fakta-fakta dan konsep-konsep. Prinsip-prinsip dan konsep-konsep lebih umum daripada fakta-fakta, tetapi juga sering dikaitkan dengan gejala yang dapat diamati di bawah kondisi-kondisi tertentu. Prinsip-prinsip yang mengatur pertumbuhan dan reproduksi menyediakan informasi yang dapat dipercaya berkenaan dengan perubahan yang terjadi dalam sistem kehidupan. Prinsip merupakan pernyataan yang berlaku bagi sekolompok gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian. Prinsip diperoleh lewat proses induksi dari hasil berbagai macam observasi.

Contoh produk IPA yang merupakan prinsip ialah :
• Logam bila dipanaskan memuai
• Semakin besar besar intensitas cahaya, semakin efektif proses fotosintesis
• Larutan yang bersifat asam bila dicampur dengan larutan yang bersifat basa akan membentuk garam dan bersifat netral.
• Semakin besar perbedaan tekanan udara, semakin kuat angin berhembus

d. Hukum
Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan hubungan antara dua variable atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari hal berikut :
• Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian
• Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable

Hukum-hukum tentang gas, hukum-hukum tentang gerak, dan hukum tentang listrik sebagai contoh, menentukan hal-hal yang dapat diamati di bawah kondisi-kondisi tertentu.

Contoh:
Hukum ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat arus dan tegangan listrik, yaitu ”besarnya hambatan sebanding dengan besarnya tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya”. Hukum tersebut secara matematis dibahasakan dalam bentuk persamaan :
R = V dimana R = tahanan
V = tegangan
I = kuat arus

e. Teori
Teori adalah generalisasi tentang berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam. Ilmuwan menggunakan teori untuk menjelaskan pola-pola. Teori merupakan usaha intelektual yang sangat keras karena ilmuwan harus berhadapan dengan kompleksitas dan kenyataan yang tidak jelas dan tersembunyi dari pengamatan langsung. Gagasan ini menjadi jelas ketika orang merujuk teori atom, yang menyatakan bahwa seluruh benda tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang disebut dengan atom. Gambaran visual ini akan lebih sukar diterima ketika kita meninjau salah satu aspek teori yang menyatakan bahwa sebuah atom sebenarnya 99,99 % kosong.

Teori memiliki tujuan yang berbeda dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan hukum-hukum, tetapi ilmuwan menggunakan jenis pengetahuan ini untuk menyajikan penjelasan-penjelasan dari fenomena-fenomena yang terjadi. Teori-teori mempunyai hakikat berbeda dan tidak pernah menjadi fakta atau hukum, tetapi teori tetap berlaku sementara sampai disangkal atau direvisi.

3. Model-Model Pembelajaran IPA
Penerapan pembelajaran IPA yang dilakukan oleh setiap pendidik memilki karakter yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh isi materi dan kemampuan pendidik itu sendiri. Kreatifitas seorang guru akan sangat diperlukan khususnya pembelajaran IPA, karena dalam pembelajaran IPA tidaklah cukup dengan menggunakan model dan metode yang biasa diterapkan dalam pembelajaran yang lainnya.hal ini harus diakui secara seksama karena materi IPA memerlukan suatu aktifitas yang langsung dan benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. IPA dalam pembelajarannya memilki ciri yang berbeda dengan membelajarkan materi yang lain kepada siswa, salah satu ciri yang menonjol adalah adanya proses pembelajaran yang berproses dengan menggunakan observasi, percobaan, dan pemecahan masalah. Memang ciri ini dimiliki oleh materi pelajaran yang lain, akan tetapi prosedur dalam pengalikasiaanya memliki pesamaan dengan metode yang dilakukan oleh para ahli, dan para penemu-penemu sebelumnya.

Adapun model-model pembelajaran IPA adalah salah satunya terdapat pada pendekatan CTL (contextual teaching and learning).

Adapun penerapan pendekatan CTL di dalam kelas secara umum adalah sebagai berikut :
1. Construtivisme
2. Inquiri (penemuan)
3. Questioning (bertanya)
4. Learning comuniti (pengelompokan belajar)
5. Modeling (media)
6. Reflction (rangsangan)
7. Authentic assessment (penilaian nyata) atau penilaian langsung

Adapun ciri-ciri pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL adalah sebagai berikut :
1. Kerja sama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber belajar
7. Siswa aktif
8. Shering dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding kelas penuh dengan karya siswa
Melihat penerapan dan ciri-ciri pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL tentu terlintas dalam pikiran kita bahwa pendekatan CTL adalah integrasi dari berbagai model-model pembelajaran.
Banyak model dan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL diantaranya adalah sebagai berikut :
a. CBSA
b. Pendekatan keterampilan proses
c. Life skill education
d. Authention intruksional (pembelajaran basis nyata)
e. Inquiri (pembelajaran berbasis penemuan)
f. Problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah)
g. Cooperative learning (pembelajaran kopratif)
h. Servis learning (pembelajaran layanan)


4. Pengertian dan Penerapan Model-Model Pembelajaran IPA dengan menerapkan Pendekatan CTL
a. CBSA
CBSA adalah cara belajar siswa aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Terdapat sejumlah prisip-prinsip belajar yang dijadikan sebagai titik tolak untuk meningkatkan derajat keterlibatan murid dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut (Conny Semiawan, dkk, 1985 : 9-13; Sulo Lipu La Sulo, dkk, 2002 : 11) adalah sebagai berikut :
1. Prinsip motivasi
2. Prinsip latar atau kontek
3. Prinsip focus
4. Prinsip sosialisasi
5. Prinsip belajar sambil bekerja, bermain, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan keinginan siswa.
6. Prisip menemukan
7. Prinsip pemecahan masalah

Dalam pendekatan CBSA terdapat rambu-rambu yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan RPP (Conny Semiawan, dkk, 1985 : 9-13; Sulo Lipu La Sulo, dkk, 2002 : 11) yaitu sebagai berikut :
1. Mengupayakan variasi kegiatan dan suasana pembelajaran dengan penggunaan berbagi strategi/metode/tekhnik dalam pembelajaran.
2. Menumbuhkan prakarsa murid untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
3. Mengembangkan berbagai pola interaksi dalam pembelajaran
4. Menyidiakan dan menggunakan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan
5. Pemantauan yang intesif dalam kegiatan pembelajaran dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan dengan segera.

Adapun penerapan dalam pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses pembelajaran siswa lebih memiliki keterlibatan fisik maupun mental terlihat dalam pemberian tuagas, penyelesaian tugas secara tuntas yang melebihi yang diharapkan, dan tergugahnya emosi oleh suasana yang tersirat dalam pembelajaran.
2. Siswa memiliki keberanian mengemukakan pendapat tanpa diminta, mengemukakan usul dalam penetapan tujuan atau cara kerja, kesediaan mencari sumber belajar tambahan.
3. Guru sebagai fasilitator, pemantau kegiatan pembelajaran, siap member balikan yang diperlukan murid.
4. Menggunakan alat peraga dalam pengenalan konsep atau prinsip.
5. Guru menggunakan variasi multi metode dan multi media dalam setiap pembelajaran yang diikuti dengan keragaman bentuk dan alat dalam pembelajaran.
6. Adanya interaksi antar murid dalam pembelajaran, baik aspek intelektual maupun aspek sosio-emosional yang akan mengembangkan kompetensi sosial, utamanya kemauan dan kemampuan bekerja sama.

b. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbagai keterampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran itu “keterampilan memproseskan perolehan suatu konsep terlaksana yang dapat membantu kita untuk penerapan CBSA” (Conny Semiawan, 1985 : 3). Penerapan PKR dalam pembelajaran member penekanan agar dalam pembelajaran itu para murid dilatih keterampilan-keteramplan mendasar yang bias dipergunakan para ilmuan dalam menghasilkan penemuan-penemuan besar dalam ilmu pengtahuan seperti, mengamati, menghitung, mengukur dan mengklasifikasi. Adapun penerapan dalam pebelajaran dengan menggunakan pendekatan PKR adalah sebagai berikut :
1. Siswa dengan memproseskan perolehannya akan menemukan fakta, konsep dan prinsip sendiri.
2. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
3. Kondisi kelas menyenangkan dengan aktivitas siswa yang bebas menemukan atau memperoleh suatu fakta, konsep, dan prinsip sendiri.
4. Siswa aktif dalam proses pembelajaran.


Terdapat beberapa manfaat dengan menerapkan PKR dalam pebelajaran di SD/MI (Funk, 1985, dari Moedjiono dan Moh.Dimyati, 1992/1993 : 14) sebagai berikut :
1. Murid akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan
2. Murid bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan itu
3. Murid secara serentak belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan.

c. Inquiri
menurut Piaget mendefinisikan model inkuiri adalah sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol – simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan orang lain.

Ruang lingkup Model inkuiri
• Ciri utama model pembelajaran inkuiri, yaitu :
- Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar
- Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self Belief). Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan Guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
- Dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis,logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. (sanjaya, 2006 : 194-195).


• Kekuatan metode inkuiri, yaitu :
- Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri,
- Membuat konsep sendiri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya,
- Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif peserta didik,
- Penemuan – penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
- Tidak menjadikan guru sebagai satu – satunya sumber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. (Sanjaya,2006)

• Kelebihan – kelebihan dari pembelajaran inkuiri adalah :
- Strategi pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, efektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
- Strategi pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
- Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
- Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata – rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
- Tidak menjadikan guru sebagai satu – satunya sunber belajar, karena peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. (Sanjaya, 2006 : 206).

• Langkah – langkah yang ditempuh dalam pembelajaran inkuiri adalah :
- Observasi (observation)
- Bertanya (questioning)
- Mengajukan dugaan (hipotesis)
- Pengumpulan data (data gathering)
- Penyimpulan (conclussioning)
(Nurhadi, 2002 : 12)
Tahap belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah kerja ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan sesuatu. Tabel berikut ini adalah sintaks dan tingkah laku guru dalam model belajar melalui penemuan.
Tabel 1. Tahap Model Belajar Melalui Penemuan
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Observasi untuk menemukan masalah
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah.

Tahap 2 Merumuskan masalah
Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya.

Tahap 3 Mengajukan hipotesis
Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya.

Tahap 4 Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain)
Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.

Tahap 5 Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalah yang lain)
Selama siswa bekerja guru membimbing dan memfasilitasi.

Tahap 6 Melakukan pengamatan dan pengumpulan data
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasi data.

Tahap 7 Analisis data
Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan sesuatu konsep

Tahap 8 Penarikan kesimpulan atau penemuan
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.


d. Cooperatif Learning
Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu :
a. adanya kontak langsung,
b. sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok
c. adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut

Hal yang penting dala model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural.
Tabel. 2. Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok Pendekatan Struktural
Tujuan kognitif Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri
Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerja sama Kerja kelompok dan kerja sama Kerjasama dalam kelompok kompleks
Keterampilan kelompok an keterampilan sosial

Struktur tim Kelompok heterogen dengan 4-5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok ”asal” dan kelompok ”ahli”
Kelompok belajar dengan 5-6 anggota heterogen
Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anngota.

Pemilihan topik pelajaran Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Tugas Utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya
Siswa mempelajari materi dalam kelompok” ahli” kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari materi itu
Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif

Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat berupa tes mingguan
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay
Bervariasi

Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain
Publikasi lain
Lembar pengetahuan dan publikasi lain Bervariasi


Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri khususnya. Tabel 3 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan tingkah laku guru pada setiap fase.
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase2
Menyajikan informasiGuru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3 Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar, Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6 Memberikan penghargaan, Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

e. Problem-based learning (pembelajaran berbasis masalah)
Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks dibandingkan dua model yang telah diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah mempunyai ciri umum yaitu menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan bermakna yang akan memberi kemudahan kepada para siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model ini juga mempunyai beberapa ciri khusus yaitu adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkan produk tersebut serta adanya kerja sama. Masalah autentik adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung jika ditemukan penyelesaiannya. Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimanakah kita dapat memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang singkat supaya dapat memenuhi permintaan pasar” Apabila pemecahan terhadap masalah ini ditemukan, maka akan memberikan keuntungan secara ekonomis. Masalah seperti ”bagaimanakah kandungan klorofil daun pada tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas cahanyanya berbeda” merupakan masalah akademis yang apabila ditemukan jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis secara langsung.
Masalah autentik juga sangat menarik minat siswa sebagai subyek belajar, karena terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari dan bermanfaat bagi dirinya. Dengan mengangkat masalah-masalah autentik ke dalam kelas, maka pembelajaran akan lebih bermakna.

Adapun landasan teoritik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah adalah gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya, Piaget yang berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu pada anak akan memotivasi anak untuk secara aktif membangun tampilan dala otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati, Vygotsky yang merupakan tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme yang merupakan konsep yang dianut dalam model pengajaran berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 4 berikut ini adalah sintaks model pengajaran berdasarkan masalah dan tingkah laku guru pada setiap tahap sintak.
Tabel. 4. Tahap Model Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.



Daftar Pustaka
Anonim. 2006. [online] Available: http://scied.gsu.edu/Hassard/mos/7.5.html [11
Nopember 2006]

Artherton, James. 2005. Learning and Teaching: Piaget's Developmental Theory
[online] Available: http://www.learningandteaching.info/learning/piaget.htm.
[18 Nopember 2006]

Boeree, George. DR. C. 2006. Piaget. [online] Available:
http://www.ship.edu/~cgboeree/piaget.html [11 Nopember 2006]

Soli Abimanyu. 2008. Bahan Ajar Cetak Strategi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

1 komentar: